Gambar Pura Besakih : Wikipedia
Pura
Besakih merupakan salah satu pura di Bali, pura ini merupakan pura terbesar di
Bali yang banyak menarik para wisatawan Domestik maupun Mancanegara yang sering
menyebut Pura Besakih dengan The Mother Temple Of Bali. Pura yang terletak di Desa
Besakih, Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem, Bali, Indonesia ini sangatlah mempesona
hal ini terlihat dari letak Pura Besakih yang terletak di Lereng Gunung
terbesar di Pulau Bali yakni Gunung Agung. Pura ini merupakan kompleks pura
yang terdiri dari 1 Pura Pusat (Pura Penataran Agung Besakih) dan 18 Pura
Pendamping (1 Pura Basukian dan 17 Pura Lainnya).
Pura
Besakih telah menerima penghargaan berupa, masuk dalam daftar pengusulan Situs
Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 1995, hal ini merupakan suatu kebanggaan
tersendiri yang didapat oleh masyarakat disekitarnya. Pura Besakih ini dibangun
oleh Rsi Rsi Markandya. Rsi Markandya merupakan seorang Orang Suci Hindu dari
India yang tinggal di Jawa Timur tepatnya di Gunung Rawung. Karena ketinggian
ilmu bhatinnya ,kesucian rohaninya,serta kecakapan dan kebijaksanaan beliau
maka oleh rakyat,beliau diberi julukan Bhatara Giri Rawang.
Beliau
pergi ke wilayah Bali bersama pengikutnya yang berjumlah kurang lebih 8000
orang, di pulau Bali ini Rsi Markandya memerintahkan pengikutnya untuk merambas
hutan di Lereng Gunung Agung, karena perambasan tidak didahului dengan Upacara
Yadnya, maka Shang Hyang Widhi Murka sehingga pengikut dari Rsi Markandya
banyak yang tewas. Sehingg aRsi Markandya dan sisa pengikutnya menghentikan
pekerjaan dan meninggalkan Pulau Bali di sana Beliau kembali ketempat
pertapaannya semula untuk mohon petunjuk kepada sang Hyang Widhi. Setelah beberapa lamanya beliau berada dipertapaannya,
timbul niatnya kembali untuk melanjutkan merambas hutan tersebut. Pada suatu
hari yang baik,beliau kembali berangkat ke Pulau Bali. Kali ini beliau mengajak
pengikutnya yang kedua berjumblah 4000 orang yang berasal dari desa Aga yaitu
penduduk yang mendiami lereng Gunung Rawung . Turut dalam rombongan itu para
Pandita atau para Rsi. Para pengikutnya membawa perlengkapan beserta alat-alat
pertanian dan bibit tanaman untuk ditanam di tempat yang baru. Ketika dirasa
sudah cukup luas,kemudian Rsi Markandya memerintahkan pengikutnya menghentikan
perambasan. Kemudian tanah itu dibagi-bagikan kepada pengikutnya untuk
dipergunakan sebagai: sawah,tegalan dan pekarangan rumah.
Demikianlah
pengikut Rsi Markandya yang berasal dari Desa Aga ( penduduk lereng Gunung
Rawung Jawa Timur ) menetap di tempat itu sampai sekarang. Ditempat bekas
dimulainya perambasan hutan itu oleh Sang Rsi/Yogi Markandya menanam kendi
(caratan) berisi air disertai 5 jenis logam yaitu: emas,perak,tembaga,perunggu
dan besi yang disebut Panca Datu
dan permata Mirahadi ( mirah yang utama ) dengan sitertai sarana upakara
selengkapnya dan diperciki Tirta Pangentas ( air suci ). Tempat menanam 5 jenis
logam itu diberinama Basuki yang artinya selamat. Kenapa disebut
demikian,karena pada kedatangan Rsi Markandya yang ke dua beserta 4000
pengikutnya selamat tidak menemui hambatan atau bencana seperti yang dialami
pada saat kedatangan beliau yang pertama. Ditempat itu kemudian didirikan palinggih.
Lambat laun di tempat itu kemudian didirikan pura atau khayangan yang diberi
nama Pura Basukian. Pura inilah cikal-bakal berdirinya pura –pura yang lain di
komplek Pura Besakih. Ada pendapat yang mengatakan bahwa pembangunan pura
ditempat itu dimulai sejak Isaka 85 atau tahun 163 Masehi. Pembangunan komplek
pura di Pura Besakih sifatnya bertahap dan berkelanjutan disertai usaha
pemugaran dan perbaikan yang dilakukan secara terus menerus dari masa kemasa.
Artikel ini ditulis berdasarkan rangkuman berbagai sumber terpecaya yaitu : Wikipedia dan www.senaya.web.id