Saturday, April 11, 2015

Pura Besakih (Bali)

 
Gambar Pura Besakih : Wikipedia

Pura Besakih merupakan salah satu pura di Bali, pura ini merupakan pura terbesar di Bali yang banyak menarik para wisatawan Domestik maupun Mancanegara yang sering menyebut Pura Besakih dengan The Mother Temple Of Bali. Pura yang terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem, Bali, Indonesia ini sangatlah mempesona hal ini terlihat dari letak Pura Besakih yang terletak di Lereng Gunung terbesar di Pulau Bali yakni Gunung Agung. Pura ini merupakan kompleks pura yang terdiri dari 1 Pura Pusat (Pura Penataran Agung Besakih) dan 18 Pura Pendamping (1 Pura Basukian dan 17 Pura Lainnya).

Pura Besakih telah menerima penghargaan berupa, masuk dalam daftar pengusulan Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 1995, hal ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri yang didapat oleh masyarakat disekitarnya. Pura Besakih ini dibangun oleh Rsi Rsi Markandya. Rsi Markandya merupakan seorang Orang Suci Hindu dari India yang tinggal di Jawa Timur tepatnya di Gunung Rawung. Karena ketinggian ilmu bhatinnya ,kesucian rohaninya,serta kecakapan dan kebijaksanaan beliau maka oleh rakyat,beliau diberi julukan Bhatara Giri Rawang.


Beliau pergi ke wilayah Bali bersama pengikutnya yang berjumlah kurang lebih 8000 orang, di pulau Bali ini Rsi Markandya memerintahkan pengikutnya untuk merambas hutan di Lereng Gunung Agung, karena perambasan tidak didahului dengan Upacara Yadnya, maka Shang Hyang Widhi Murka sehingga pengikut dari Rsi Markandya banyak yang tewas. Sehingg aRsi Markandya dan sisa pengikutnya menghentikan pekerjaan dan meninggalkan Pulau Bali di sana Beliau kembali ketempat pertapaannya semula untuk mohon petunjuk kepada sang Hyang Widhi. Setelah beberapa lamanya beliau berada dipertapaannya, timbul niatnya kembali untuk melanjutkan merambas hutan tersebut. Pada suatu hari yang baik,beliau kembali berangkat ke Pulau Bali. Kali ini beliau mengajak pengikutnya yang kedua berjumblah 4000 orang yang berasal dari desa Aga yaitu penduduk yang mendiami lereng Gunung Rawung . Turut dalam rombongan itu para Pandita atau para Rsi. Para pengikutnya membawa perlengkapan beserta alat-alat pertanian dan bibit tanaman untuk ditanam di tempat yang baru. Ketika dirasa sudah cukup luas,kemudian Rsi Markandya memerintahkan pengikutnya menghentikan perambasan. Kemudian tanah itu dibagi-bagikan kepada pengikutnya untuk dipergunakan sebagai: sawah,tegalan dan pekarangan rumah. 

Demikianlah pengikut Rsi Markandya yang berasal dari Desa Aga ( penduduk lereng Gunung Rawung Jawa Timur ) menetap di tempat itu sampai sekarang. Ditempat bekas dimulainya perambasan hutan itu oleh Sang Rsi/Yogi Markandya menanam kendi (caratan) berisi air disertai 5 jenis logam yaitu: emas,perak,tembaga,perunggu dan besi yang disebut Panca Datu dan permata Mirahadi ( mirah yang utama ) dengan sitertai sarana upakara selengkapnya dan diperciki Tirta Pangentas ( air suci ). Tempat menanam 5 jenis logam itu diberinama Basuki yang artinya selamat. Kenapa disebut demikian,karena pada kedatangan Rsi Markandya yang ke dua beserta 4000 pengikutnya selamat tidak menemui hambatan atau bencana seperti yang dialami pada saat kedatangan beliau yang pertama. Ditempat itu kemudian didirikan palinggih. Lambat laun di tempat itu kemudian didirikan pura atau khayangan yang diberi nama Pura Basukian. Pura inilah cikal-bakal berdirinya pura –pura yang lain di komplek Pura Besakih. Ada pendapat yang mengatakan bahwa pembangunan pura ditempat itu dimulai sejak Isaka 85 atau tahun 163 Masehi. Pembangunan komplek pura di Pura Besakih sifatnya bertahap dan berkelanjutan disertai usaha pemugaran dan perbaikan yang dilakukan secara terus menerus dari masa kemasa.

Artikel ini ditulis berdasarkan rangkuman berbagai sumber terpecaya yaitu : Wikipedia dan www.senaya.web.id


Comments
0 Comments

No comments :

Post a Comment

Script Histats disini / Script Lainnya